Valerian (Valeriana officinalis) adalah tanaman tahunan yang telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan tradisional karena sifatnya yang menenangkan dan anti-kecemasan. Ia bekerja pada sistem saraf pusat, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kualitas tidur tanpa perlu obat-obatan kimia.
Akar valerian mengandung senyawa seperti asam valerenat, valepotriat, dan flavonoid. Unsur-unsur alami ini memengaruhi kadar GABA, yaitu neurotransmitter yang mengurangi aktivitas otak yang berlebihan dan meningkatkan perasaan tenang. Dengan meningkatkan kerja GABA, valerian membantu mengurangi kecemasan, ketegangan mental, dan gejala stres tanpa menyebabkan ketergantungan atau memengaruhi konsentrasi.
Studi terbaru mendukung penggunaan valerian untuk meningkatkan kualitas tidur. Penelitian yang diterbitkan pada Februari 2025 meninjau berbagai spesies Valeriana, termasuk V. officinalis, yang menyoroti aktivitas biologisnya, seperti efek anxiolytic dan sedatif. Studi lain, yang diterbitkan pada Januari 2025, mengkonfirmasi sifat sedatif dan anti-kecemasannya.
Selain itu, penelitian yang diterbitkan pada Desember 2024 menemukan bahwa dosis tunggal ekstrak valerian standar secara signifikan meningkatkan waktu tidur aktual pada peserta dengan keluhan tidur. Meskipun valerian adalah produk alami, tidak disarankan untuk mencampurnya dengan alkohol atau obat penenang, karena dapat meningkatkan efeknya.
Juga tidak disarankan untuk menggunakannya selama lebih dari 4 hingga 6 minggu tanpa bimbingan medis. Sebaiknya diminum pada malam hari, karena dapat menyebabkan kantuk. Berbagai penelitian mendukung penggunaan valerian sebagai penenang alami. Meskipun efeknya tidak sekuat obat, ia menawarkan pilihan yang aman bagi mereka yang ingin mengelola stres sehari-hari, kecemasan ringan, atau masalah tidur tanpa menggunakan pil. Di Indonesia, di mana harmoni dan keseimbangan hidup sangat dihargai, pendekatan alami seperti valerian dapat menjadi pilihan yang menarik. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk memastikan penggunaan yang tepat dan aman, serta mempertimbangkan aspek budaya dan agama dalam pengambilan keputusan kesehatan.