Para ilmuwan telah mengungkap mekanisme baru tentang bagaimana tanaman beradaptasi selama kekeringan. Dari sudut pandang Technological Context, penemuan ini membuka peluang baru untuk inovasi di bidang pertanian dan bioteknologi.
Penelitian yang dilakukan oleh Institut Biologi Molekuler dan Seluler Tumbuhan (IBMCP) di Spanyol, bersama dengan kolaborator dari Universitas Jaume I, telah menemukan bahwa tanaman menghentikan pertumbuhan untuk melindungi DNA mereka dari kerusakan selama kekeringan. Penelitian yang diterbitkan dalam 'Nature Communications' menunjukkan bahwa penghentian pertumbuhan ini adalah mekanisme perlindungan DNA. Hal ini sangat penting karena DNA sangat rentan terhadap kerusakan selama pembelahan sel, dan kerusakan tersebut dapat menyebabkan mutasi yang merugikan pada keturunan tanaman.
Para peneliti menemukan bahwa tanaman yang terus tumbuh di bawah tekanan kekeringan mengalami lebih banyak kerusakan DNA dan kematian sel dibandingkan dengan tanaman yang menghentikan pertumbuhannya. Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat kerusakan DNA pada tanaman yang terus tumbuh di bawah kekeringan bisa mencapai 35% lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang berhenti tumbuh. Temuan ini membuka jalan bagi pengembangan teknologi baru untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan.
Implikasi dari penelitian ini sangat besar bagi pertanian modern. Dengan memahami mekanisme perlindungan DNA ini, para ilmuwan dapat mengembangkan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan. Namun, strategi bioteknologi apa pun harus menggabungkan mekanisme untuk melindungi DNA atau menghindari penggunaan benih dari tanaman tersebut untuk penanaman musim berikutnya. Di Indonesia, di mana kekeringan sering menjadi masalah, penemuan ini dapat mengarah pada solusi teknologi yang lebih efektif untuk pertanian berkelanjutan.