Pemanasan global terus berdampak signifikan pada produksi anggur pada tahun 2025, dengan panas ekstrem menjadi ancaman utama, terutama di wilayah penghasil anggur tradisional Eropa. Pergeseran ini menyebabkan wilayah penghasil anggur bergerak menuju kutub, yang menyebabkan pematangan buah anggur lebih cepat dan peningkatan kadar gula, yang memengaruhi kualitas anggur. Produsen kecil menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan kenaikan suhu dan cuaca yang tidak dapat diprediksi.
Para peneliti menganalisis fenologi tanaman anggur dalam konteks perubahan kondisi iklim, menggunakan data dari lebih dari 500 varietas tanaman anggur dan berbagai indikator iklim. Musim tanam telah berubah secara nyata karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, mendorong seruan untuk tindakan segera untuk melindungi produksi anggur dan melestarikan keanekaragaman tanaman anggur. Pembuat anggur sedang menjajaki varietas anggur tahan panas dan menyesuaikan teknik pengelolaan kebun anggur.
Industri anggur juga mengalami peningkatan dalam upaya keberlanjutan kolaboratif dan pendidikan konsumen. Banyak kilang anggur menerapkan langkah-langkah ramah lingkungan seperti menggunakan energi terbarukan, mengurangi konsumsi air, dan mempromosikan pertanian anggur regeneratif untuk meningkatkan kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati. Konsumen semakin mencari anggur berkelanjutan, memengaruhi kilang anggur untuk mengadopsi praktik yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.