Penemuan kolam air garam vulkanik di Laut Merah menghadirkan perspektif inovatif dalam dunia penelitian. Dari sudut pandang inovasi, temuan ini membuka jalan baru untuk eksplorasi ilmiah dan pengembangan teknologi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tim peneliti dari King Abdullah University of Science and Technology (KAUST), yang dipimpin oleh Froukje van der Zwan, menemukan kolam-kolam unik ini di dekat gunung berapi Hatiba Mons dan Mabahiss Mons. Kolam-kolam ini, yang terletak lebih dari satu kilometer di atas dasar laut, memiliki suhu yang lebih tinggi dan mengandung kadar logam dan gas yang lebih tinggi dari ventilasi hidrotermal.
Penelitian ini tidak hanya penting untuk memahami kehidupan di Bumi, tetapi juga memberikan wawasan berharga untuk mencari kehidupan di lingkungan ekstrem di planet lain, seperti bulan Europa milik Jupiter. Para ilmuwan telah menemukan bahwa kolam-kolam ini memiliki salinitas yang sangat tinggi, mencapai lebih dari 25%, jauh lebih tinggi dari air laut biasa. Selain itu, konsentrasi karbon dioksida (CO2) yang tinggi menciptakan lingkungan yang mirip dengan kondisi di Bumi purba, yang memberikan petunjuk tentang bagaimana kehidupan berevolusi. Sebuah studi pada tahun 2023 menemukan bahwa mikroorganisme di kolam air garam ini mampu bertahan hidup dalam kondisi ekstrem, dengan memanfaatkan energi kimia dari lingkungan sekitarnya.
Penemuan ini mendorong inovasi dalam bidang biologi ekstrem dan astrobiologi. Penelitian lebih lanjut tentang mikroorganisme yang hidup di kolam air garam vulkanik dapat mengarah pada pengembangan teknologi baru, seperti sensor yang lebih canggih untuk mendeteksi kehidupan di lingkungan ekstrem dan metode baru untuk mengekstraksi sumber daya dari lingkungan yang sulit dijangkau. Dengan demikian, kolam air garam vulkanik di Laut Merah menjadi pusat inovasi yang menjanjikan.