Cuplikan drone pertama dari dalam mata badai Melissa
Teknologi Pendengar Samudra: Mendengar 'Napas' Badai Kategori 5 dari Dalam
Diedit oleh: Inna Horoshkina One
Musim badai Atlantik tahun 2025 mencatat sebuah pencapaian yang sebelumnya dianggap mustahil: untuk pertama kalinya, manusia berhasil mendengarkan 'napas' badai kategori 5 langsung dari dindingnya, tanpa harus mempertaruhkan nyawa para pilot.
Cuplikan langka: pengambilan gambar dari mata badai Melissa
Keajaiban ini terwujud berkat gelombang baru robotika laut dan udara. Perangkat ini kecil, otonom, namun memiliki ketahanan luar biasa. Momen ini menandai titik balik di mana teknologi tidak lagi berupaya melawan elemen alam, melainkan mulai bergerak selaras dengan ritme alam itu sendiri.
1. Robot Laut yang Menembus Dinding Badai
Kolaborasi antara NOAA (AOML), Oshen, dan Universitas Mississippi berhasil meluncurkan delapan unit C-Star. Ini adalah wahana permukaan yang ringkas, ditenagai oleh angin dan matahari.
Tiga dari unit ini dikerahkan untuk mencegat Badai Humberto. Lebih mengesankan lagi, salah satu robot berhasil memasuki area yang sebelumnya hanya bisa dijangkau oleh misi berisiko tinggi: dinding badai kategori 5.
Robot tersebut berhasil mencatat data krusial, yaitu:
Tekanan atmosfer: 955 milibar (mbar)
Hembusan angin: Lebih dari 150 mil per jam (mph)
Penyelesaian misi: Melewati dinding badai hingga mencapai tepi mata badai
Semua informasi ini dikirimkan oleh robot setinggi empat kaki tersebut setiap dua menit. Ini bukan sekadar kemajuan teknis; ini adalah peningkatan signifikan dalam cara kita berinteraksi dan memahami kekuatan alam.
2. Drone Udara yang Mencetak Rekor Dunia
Sementara robot laut menjaga garis bawah, drone Black Swift S0 mengambil peran di angkasa. Perangkat udara ini mencetak rekor dunia baru dalam durasi penerbangan di dalam badai.
Drone-drone ini:
Berhasil bertahan selama 120 menit di dalam Badai Melissa, melampaui rekor sebelumnya yang dicatat pada tahun 2024 (105 menit).
Mempertahankan stabilitas di zona paling turbulen, area yang terlalu berbahaya untuk dimasuki oleh pesawat berawak.
Selain itu, wahana sonde yang dijatuhkan oleh NOAA berhasil merekam:
➡️ Hembusan angin mencapai 252 mph. Ini adalah hembusan angin terkuat yang pernah tercatat secara global, melampaui rekor sebelumnya sebesar 248 mph dari Topan Megi pada tahun 2010.
Badai Melissa di tahun 2025 dinobatkan sebagai peristiwa siklon terkuat tahun itu dan badai paling dahsyat yang pernah melanda Jamaika.
3. Generasi Baru Prediksi: Data sebagai Kunci Utama
Data yang dikumpulkan dari misi robotik ini kemudian dimasukkan ke dalam model eksperimental HAFS.
Hasilnya sungguh transformatif:
Akurasi prakiraan untuk hari kelima meningkat sebesar 40%.
Para ahli meteorologi kini memiliki gambaran yang jauh lebih jelas mengenai interaksi antara udara dan laut di dalam badai.
Untuk pertama kalinya, parameter-parameter yang sebelumnya tidak terukur di dalam badai super-intens kini tersedia untuk analisis.
Implikasinya jelas: kita semakin dekat menuju masa depan di mana badai tidak lagi dianggap sebagai 'monster tak terduga'.
Apa Kontribusi Baru bagi Pemahaman Kita tentang Planet?
Penemuan ini memberikan 'nada baru' berupa kepastian yang lebih besar bagi dunia.
Teknologi kini mampu 'mendengar' samudra, bukan hanya dari atas, tetapi dari inti kekuatannya.
Alam tidak lagi dipandang sebagai musuh yang harus dilawan, melainkan sebagai mitra dalam proses penelitian.
Umat manusia kini memiliki perangkat yang memungkinkan penyelamatan nyawa dilakukan secara proaktif, bukan sekadar responsif.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, badai telah kehilangan statusnya sebagai 'kotak hitam' — suaranya kini dapat diukur dan dipahami.
Sumber-sumber
Ocean News & Technology
Ocean News & Technology
NOAA/AOML
The Watchers
Black Swift Technologies
NOAA
Barchart.com
MarketScreener
GlobeNewswire
Offshore Energy
BUSINESS WIRE
Baca lebih banyak berita tentang topik ini:
Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?
Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.
