Para ilmuwan telah menciptakan sensor kristal fotonik (PC) dua dimensi (2D) yang revolusioner untuk mengukur kadar garam, atau salinitas, di dalam air laut. Sensor ini memanfaatkan sifat pembengkokan cahaya khusus dari PC 2D, yang memungkinkan pengukuran salinitas yang sangat presisi dan akurat. Teknologi baru ini merupakan terobosan besar bagi ilmu kelautan.
Para peneliti dengan cermat menyesuaikan berbagai aspek sensor, seperti ukuran dan jarak struktur kecil di dalamnya. Mereka menemukan bahwa kinerja terbaik diperoleh dengan pengaturan tertentu: setengah diagonal dari bentuk heksagonal (R) pada 500 nanometer, jarak antara silinder (D) pada 250 nanometer, dan jumlah periode (N) diatur ke 5. Dalam kondisi ini, sensor menunjukkan hasil yang mengesankan: sensitivitas 525 nm/RIU, angka kualitas (FOM) 80.7 RIU⁻¹, dan faktor kualitas (Q) 375.
Bagaimana cara kerja sensor ini? Mereka menganalisis bagaimana cahaya melewatinya setelah air asin dimasukkan. Kehadiran garam menciptakan sinyal spesifik dalam spektrum cahaya, dan sinyal ini berubah tergantung pada konsentrasi garam. Teknologi ini memiliki potensi yang menarik untuk memantau kesehatan lautan kita dan meningkatkan proses desalinasi, yang mengubah air asin menjadi air minum. Hal ini sangat relevan bagi negara kepulauan seperti Indonesia, yang sangat bergantung pada sumber daya laut dan berupaya menjaga keberlanjutan lingkungan maritimnya.