Sebuah tim ilmuwan internasional telah berhasil mengebor inti es sedalam 2,8 kilometer di Antartika, menandai tonggak sejarah dalam penelitian iklim. Inti es yang ditemukan ini diperkirakan berusia minimal 1,2 juta tahun, memberikan wawasan yang belum pernah ada sebelumnya mengenai evolusi atmosfer dan iklim Bumi dalam rentang waktu yang sangat panjang.
Proyek Beyond EPICA (European Project for Ice Coring in Antarctica), yang dikoordinasikan oleh Carlo Barbante dari Institute of Polar Sciences di National Research Council Italia, memimpin upaya pengeboran ambisius ini di lokasi terpencil Little Dome C. Keberhasilan ini melampaui pencapaian sebelumnya yang hanya berhasil mendapatkan inti es berusia 800.000 tahun. Pengeboran yang memakan waktu empat musim panas ini melibatkan 16 ilmuwan dan staf pendukung yang bekerja dalam suhu rata-rata sekitar -35°C. Federico Scoto, salah satu glasiolog yang terlibat, menyatakan momen pencapaian dasar laut sebagai momen yang sangat membanggakan.
Analisis isotop pada sampel es mengkonfirmasi usianya lebih dari 1,2 juta tahun. Inti es ini, yang merupakan salah satu yang tertua pernah dibor, dianggap sebagai kapsul waktu yang menyimpan gelembung udara kecil yang terperangkap selama Periode Transisi Mid-Pleistocene. Periode ini merupakan fase krusial dalam evolusi iklim planet, di mana siklus glasial berubah dari pola 41.000 tahun menjadi 100.000 tahun.
Sampel inti es silindris ini, yang diekstraksi dari kedalaman 2.800 meter, berfungsi sebagai arsip alami yang unik. Di dalamnya terdapat gas seperti karbon dioksida dan metana, serta jejak debu, abu vulkanik, mikroorganisme, dan partikel lain yang dapat mengungkapkan informasi tentang angin, suhu, dan lautan dari lebih dari satu juta tahun yang lalu. Para peneliti dari British Antarctic Survey (BAS) dan 11 institusi lain dari 10 negara akan menganalisis inti es ini menggunakan teknik mutakhir, termasuk mencairkan es secara perlahan untuk mengukur komposisi kimia setiap lapisan secara real-time.
Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi kronologi iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang sangat penting untuk memahami pergeseran siklus glasial Bumi. Tujuan utamanya adalah membandingkan data masa lalu dengan model perubahan iklim saat ini. Analisis inti es ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang faktor-faktor yang memengaruhi iklim saat ini, mengingat bahwa lebih dari satu juta tahun yang lalu, tingkat gas rumah kaca serupa dengan saat ini, namun perilaku iklimnya berbeda.
Penemuan ini menawarkan kesempatan berharga untuk mempelajari siklus Bumi dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk memprediksi peristiwa di masa depan, yang pada gilirannya akan mengarah pada langkah-langkah perubahan iklim yang lebih efektif, prediksi bencana yang lebih baik, dan strategi adaptasi yang lebih unggul. Para ilmuwan mencatat bahwa tingkat karbon dioksida saat ini sekitar 50% lebih tinggi dibandingkan dengan periode terhangat dalam 800.000 tahun terakhir, menyoroti urgensi pemahaman perubahan iklim.