Larangan Kripto Tiongkok Semakin Intensif: Dampak Pasar Global dan Tren Desentralisasi di Tahun 2025

Diedit oleh: Yuliya Shumai

Tiongkok telah mengumumkan larangan yang lebih intensif terhadap semua kepemilikan mata uang kripto, termasuk Bitcoin, menurut sebuah laporan baru-baru ini. Langkah ini menandai peningkatan signifikan dalam sikap Tiongkok yang secara historis ketat terhadap mata uang kripto, yang bertujuan untuk memusatkan kendali keuangan dan mempromosikan mata uang digital bank sentral (CBDC), yuan digital.

Pengumuman itu segera berdampak pada pasar mata uang kripto global. Bitcoin mengalami penurunan, dan altcoin, terutama yang sensitif terhadap perubahan peraturan, menunjukkan peningkatan volatilitas. Analis pasar menyarankan penurunan ini mungkin bersifat sementara, karena ekosistem kripto menunjukkan ketahanan.

Tindakan Beijing dapat mempercepat adopsi CBDC-nya dan mendorong desentralisasi yang lebih besar dalam penggunaan kripto di seluruh Asia. Perkembangan peraturan progresif di Amerika Serikat, Eropa, dan Amerika Latin menyoroti perpecahan global dalam tata kelola aset digital.

Terlepas dari tindakan keras Tiongkok, Bitcoin dan mata uang kripto lainnya telah menunjukkan ketahanan. Banyak investor memandang guncangan peraturan sebagai titik masuk strategis. Ekosistem kripto yang lebih luas terus berkembang, dengan peningkatan partisipasi institusional dan kerangka peraturan yang lebih jelas di berbagai wilayah.

Situasi ini menggarisbawahi ketegangan yang berkelanjutan antara kendali terpusat dan keuangan terdesentralisasi, yang membentuk masa depan adopsi mata uang kripto di seluruh dunia.

Artikel ini didasarkan pada analisis penulis kami terhadap materi yang diambil dari sumber berikut: Financial Express, Cointelegraph.

Sumber-sumber

  • The Financial Express

  • Financial Express

  • Coindesk

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.