Chatbot bertenaga AI telah menjadi alat yang semakin populer dalam mendukung kesehatan mental, menawarkan akses 24/7 dan anonimitas bagi pengguna. Sistem seperti ChatGPT dan Woebot memberikan dukungan emosional langsung, membantu mengatasi kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan mental tradisional. Penggunaan chatbot AI membuka peluang bisnis yang menarik, namun juga menghadirkan tantangan signifikan.
Chatbot AI menawarkan respons cepat dan ruang aman bagi pengguna untuk berbagi emosi, berpotensi mengurangi perasaan kesepian dan stres. Namun, studi menunjukkan bahwa penggunaan intensif dapat menyebabkan peningkatan kesepian dan ketergantungan emosional, serta pengurangan interaksi sosial di dunia nyata. Pertimbangan etis dan kebutuhan akan regulasi sangat penting. Para ahli menekankan pentingnya pengawasan manusia dan privasi data. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi seperti Mental Health Europe (MHE) mengadvokasi regulasi untuk memastikan penggunaan etis, melindungi data pengguna, dan mencegah bias dalam algoritma.
Di Indonesia, potensi pasar untuk aplikasi kesehatan mental berbasis AI sangat besar, dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental dan kurangnya akses ke layanan tradisional. Namun, perusahaan harus mempertimbangkan dampak sosial dan etika dari teknologi ini. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan manfaat AI dengan kebutuhan perawatan yang berpusat pada manusia, menciptakan model bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.